Usia seorang perempuan saat pertama kali berhubungan intim dikaitkan dengan kelangsungan hidup pernikahannya. Sebuah penelitian dari University of Iowa menemukan, perempuan yang mulai berhubungan seks kala remaja lebih berisiko mengalami perceraian.
Risiko tersebut kian meningkat apabila hubungan seks pertamanya itu tidak diinginkan, atau dia memiliki perasaan campur aduk tentangnya.
Analisa studi yang dipublikasikan dalam Journal of Marriage and Family edisi April 2011 itu, menunjukkan bahwa 31 persen perempuan yang berhubungan seks pertama kali ketika remaja, bercerai dalam jangka waktu lima tahun pernikahan. Sedangkan sebanyak 47 persen bercerai dalam jangka waktu 10 tahun. Tingkat perceraian untuk perempuan yang menunda seks sampai dewasa jauh lebih rendah, yakni 15 persen dalam jangka waktu lima tahun dan 27 persen dalam jangka waktu 10 tahun.
Penulis penelitian tersebut, Anthony Paik, seorang Profesor Sosiologi di UI College of Liberal Arts and Sciences, memaparkan respon dari 3.793 perempuan yang pernah menikah untuk Survei Nasional Pertumbuhan Keluarga 2002. Sebuah pengalaman seksual pertama yang tidak diinginkan atau tidak sepenuhnya diinginkan, sangat terkait dengan tingkat perceraian. Jika seorang perempuan muda memilih melepaskan keperawanannya saat remaja, hasilnya lebih beragam.
Ketika hubungan seksual pertama terjadi di awal masa remaja (sebelum usia 16 tahun), perempuan itu lebih mungkin bercerai, bahkan meski pengalaman seksual pertamanya itu merupakan sesuatu yang dia inginkan.
Jika seorang perempuan muda menunggu sampai usia 16 atau 17 tahun untuk mendapatkan pengalaman seks pertama yang diinginkan, tidak ada kaitan langsung dengan perceraian. Tapi, meski seks itu sendiri tidak meningkatkan kemungkinan kandasnya perkawinan, faktor lain yang berhubungan dengan seksualitas seperti jumlah mitra seksual yang lebih banyak, kehamilan, atau kelahiran di luar nikah meningkatkan risiko untuk beberapa responden.
''Hasil ini konsisten dengan argumen bahwa ada sisi buruk dari seksualitas remaja, termasuk kemungkinan peningkatan perceraian. Tapi, ada pula dukungan untuk pandangan seks yang lebih positif, karena jika seorang remaja menunda seks sampai masa remaja akhir dan seks itu diinginkan, pilihan itu sendiri tidak selalu menyebabkan peningkatan risiko perceraian,'' tutur Paik.
Paik menjelaskan, ada beberapa penjelasan potensial untuk mengaitkan seks remaja dengan perceraian. ''Salah satu kemungkinannya adalah penjelasan seleksi, bahwa perempuan yang melakukan hubungan seks saat remaja cenderung untuk bercerai. Sikap-sikap yang membuat mereka merasa tidak keberatan berhubungan seks saat remaja, mungkin juga memengaruhi perkawinannya. Kemungkinan lain adalah penjelasan kausal, bahwa pengalaman seksual dini menyebabkan perkembangan perilaku atau keyakinan yang meningkatkan perceraian.''
http://luvseks.blogspot.com/2011/06/seks-usia-remaja-beresiko-perceraian.html
http://jalanjalan-online.blogspot.com/2011/06/seks-usia-remaja-beresiko-perceraian.html